Tag Archive for: Susilo Indarto

Dalam kehidupan dunia yang fana ini, manusia sering kali terjebak dalam hiruk pikuk pekerjaan, ambisi, persaingan, dan tuntutan pencapaian. Namun, kisah-kisah dari para sahabat Rasulullah ﷺ memberikan pencerahan bahwa kunci meraih surga bukan semata karena ibadah lahiriah yang banyak dan wah, melainkan kebeningan hati serta akhlak yang mulia.

Kisah Seorang Calon Penghuni Surga

Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah ﷺ bersabda di hadapan para sahabat:

 يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Akan datang kepada kalian sekarang seorang penghuni surga.”

Kemudian datanglah seorang laki-laki Anshar yang janggutnya masih basah karena wudhu dan sandalnya dijinjing dengan tangan kirinya. Hal ini terjadi selama tiga hari berturut-turut. Abdullah bin Amr bin al-‘Ash penasaran dan ingin mengetahui amalan apa yang membuat laki-laki itu mendapat jaminan surga dari Rasulullah ﷺ. Ia pun meminta izin untuk menginap di rumahnya selama tiga hari.

Selama tinggal bersama, Abdullah bin Amr tidak melihat ada amalan istimewa yang dilakukan laki-laki Anshar itu. Ia tidak banyak berpuasa atau melakukan shalat malam secara berlebihan. Akhirnya, Abdullah bin Amr bertanya secara jujur, apa amalan yang dilakukannya hingga Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai penghuni surga.

Laki-laki itu menjawab:

مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ

“Tidak ada selain yang anda lihat. Kecuali mungkin aku tidak merasakan dalam diriku kotor hati kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasud kepada seorang pun yang Allah berikan kebaikan kepadanya.” [1]

Mendengar itu, Abdullah bin Amr berkata, 

 هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ

“Inilah yang menjadikanmu mencapai derajat itu, dan inilah yang tidak mampu kami lakukan.”

 

Hati yang Bersih adalah Kunci

Kisah ini menunjukkan bahwa hati yang bersih dari iri, dengki, dan dendam adalah salah satu amalan besar yang mengantarkan seseorang ke surga. Ini selaras dengan sabda Rasulullah ﷺ:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat dzarrah dari kesombongan.” (HR. Muslim no. 91) [2]

Kesombongan, iri, dengki, dan dendam adalah penyakit hati yang dapat menghancurkan amal dan memutus tali persaudaraan.

Allah ﷻ pun memuji orang-orang yang mensucikan jiwanya:

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya.” (QS. Al-A’laa:14) [3]

Penyucian diri di sini mencakup pembersihan hati dari segala penyakit batin.

Relevansi dalam Dunia Pekerjaan

Di lingkungan kerja, kita tak luput dari ujian hati: iri terhadap rekan yang selalu dilibatkan dalam proyek, dengki pada kolega yang lebih dekat dengan pimpinan, atau menyimpan dendam karena pernah dimarahi atau murni tidak suka dengan orang tersebut. Semua itu adalah penyakit yang sering dianggap biasa namun berdampak besar secara spiritual.

Bayangkan jika kita mampu bekerja dengan penuh keikhlasan, mendukung rekan yang sukses, tidak memendam prasangka buruk, dan mendoakan kebaikan bagi semua. Betapa tenteramnya lingkungan kerja dan betapa besarnya pahala yang kita raih di sisi Allah.

Sebagaimana kisah sahabat Rasulullah tadi, amalan lahiriah bisa saja tampak sederhana, namun kebersihan hati adalah istimewa.

Akhlak Baik: Bekal ke Surga

Dalam sebuah hadits disebutkan:

إنَّ المُؤْمِنَ ليُدرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ

“Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhiib no. 2643.)[4]

Berikut beberapa poin penting yang bisa kita ambil dari kisah Abdullah bin Amr dan lelaki Anshar tersebut:

  1. Jaga kebersihan hati di tempat kerja
    Hindari menyimpan iri hati, dendam, atau benci pada rekan kerja. Saling support jauh lebih menyenangkan dan membawa keberkahan.
  2. Luruskan niat bekerja
    Niatkan bekerja sebagai bagian dari ibadah kepada Allah. Dengan begitu, pekerjaan bukan hanya sekadar rutinitas, tapi bisa jadi jalan menuju surga.
  3. Memaafkan lebih cepat
    Jangan biarkan kesalahan kecil menjadi batu sandungan. Orang yang mudah memaafkan, hatinya lapang, pikirannya tenang, dan auranya positif ke semua orang.
  4. Jangan membicarakan keburukan rekan kerja
    Ghibah dan su’udzan bisa jadi dosa besar. Lebih baik fokus memperbaiki diri dan membantu rekan kerja yang sedang kesulitan.
  5. Bersyukur dan tidak iri atas pencapaian orang lain
    Ketika teman mendapatkan yang lebih dari kita, seharusnya kita ikut senang dan mendoakan dengan baik. Allah akan memberi gantinya untuk kita kelak.
  6. Jadikan akhlak sebagai pencitraan terbaik
    Di dunia kerja, kejujuran, kesabaran, dan integritas lebih kuat daripada CV panjang. Akhlak mulia membuka banyak pintu, bahkan yang tak disangka-sangka.
  7. Menjauhkan diri dari sifat sombong
    Sombong merupakan sikap yang merugikan diri sendiri dan merusak hubungan dengan orang lain. Dalam lingkungan kerja, kesombongan dapat menghambat kolaborasi, menutup pintu kesempatan, serta mengurangi keberkahan dalam pekerjaan. Bersikap rendah hati, meskipun telah meraih banyak pencapaian. Jangan merasa diri paling hebat atau paling berjasa di tempat kerja. dan selalu ingat bahwa setiap keberhasilan adalah anugerah dari Allah SWT.

Dengan menjaga akhlak dalam kehidupan sosial, termasuk di tempat kerja, InshaAllah kita sedang membuka jalan menuju surga.

Penutup

Marilah kita berusaha membenahi hati: memaafkan yang menyakiti, menghapus iri dalam diri, dan mendoakan kebaikan bagi sesama. Surga bukan hanya untuk yang banyak ibadah, tapi juga bagi mereka yang mampu menjaga hatinya tetap bersih.

Wallahu a’lam.

Marāji’:

[1] Abu Amina Elias. A man is guaranteed Paradise for having no hatred or envy in his heart. 23 November 2011. Diakses dari: https://www.abuaminaelias.com/dailyhadithonline/2011/11/23/man-jannah-no-hasad

[2] Muslim bin al-Hajjaj. Shahih Muslim, no. 91a, Kitab al-Iman. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud. Diakses dari: https://nashislam.com/hadits/artikel/97/hakekat-kesombongan/

[3] Al-Qur’an Surat Al-A’laa:14. Tafsir Ibnu Katsir. Diakses dari: https://tafsirweb.com/12560-surat-al-ala-ayat-14.html

[4] Muslim.or.id. (2019, 10 Oktober). Keutamaan berhias dengan akhlak mulia. Diakses dari: https://muslim.or.id/40677-keutamaan-berhias-dengan-akhlak-mulia.html

[5] Redaksi Suara Muhammadiyah. (2024). Keutamaan dan Kedudukan Akhlaq. Diakses pada 30 Juli 2025 dari: https://www.suaramuhammadiyah.id/read/keutamaan-dan-kedudukan-akhlaq

-Susilo Indarto, S.Pi. DSP-

 

Bismillāhirraḥmānirraḥīm.

Bulan suci Ramadan semakin dekat, dan kita sebagai umat Muslim harus menyongsong kedatangannya dengan hati yang tulus dan penuh persiapan. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus selama sepanjang hari, tetapi juga merupakan kesempatan untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Seiring dengan mendekatnya bulan Ramadan, kita juga baru saja melalui proses pemilihan presiden yang penuh dengan dinamika dan perbedaan pendapat. Hasil pemilu seringkali menimbulkan perasaan senang di pihak yang merasa menang, namun juga bisa menimbulkan kekecewaan di pihak yang kalah. Alhasil, perdebatan bahkan pertengkaran di lingkungan kerja dapat terjadi. Di sinilah pentingnya kita sebagai umat Muslim untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 10:

innamal-mu’minûna ikhwatun fa ashliḫû baina akhawaikum wattaqullâha la‘allakum tur-ḫamûn

yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya menjaga persaudaraan di antara sesama Muslim. Terlebih lagi, dalam menyongsong bulan suci ramadhan, kita harus berupaya untuk menjauhkan diri dari konflik dan perselisihan. Salah satu bentuk perselisihan yang sering terjadi di tempat kerja adalah perbedaan pilihan politik. Kita harus memahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk memiliki pendapat dan pilihan politiknya sendiri. Namun, hal ini tidak boleh menjadi penyebab konflik di antara kita. Apalagi menghasut orang lain agar menimbulkan perpecahan. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad:

“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba (al-qattāt).” (H.R. Al-Bukhari : 6056 ; Muslim : 105)

Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- memberitahukan ancaman keras kepada pelaku adu domba, yaitu orang yang menyampaikan perkataan di antara manusia dengan tujuan menimbulkan kerusakan. Al-qattāt artinya “an-nammām” (pengadu domba). Perbuatan ini termasuk dosa besar berdasarkan hadis tersebut.

Hadis ini menegaskan larangan bagi kita untuk menyebarkan fitnah atau menciptakan konflik di antara sesama Muslim. Sebagai gantinya, kita harus berusaha untuk mempererat tali persaudaraan dan membangun hubungan yang saling menghormati.

Tips menghindari konflik

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindari konflik atau pertengkaran akibat perbedaan pilihan di tempat kerja:

  1. Hindari Pembicaraan Politik yang Sensitif : Batasi diskusi politik di tempat kerja dan hindari membahas isu-isu yang dapat memicu konflik.
  2. Jaga Etika Komunikasi : Saat berdiskusi, jaga sikap dan kata-kata agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Dengarkan dengan baik dan hargai pandangan orang lain.
  3. Prioritaskan Keharmonisan : Ingatkan diri sendiri bahwa keharmonisan di tempat kerja lebih penting daripada perbedaan pendapat politik.
  4. Fokus pada Tujuan Bersama : Ingatkan diri dan rekan kerja bahwa tujuan utama kita di tempat kerja adalah untuk bekerja sama mencapai hasil yang baik.
  5. Jauhi Ghibah (Gossip) : Hindari berkomentar negatif atau menyebarkan informasi yang tidak benar tentang orang lain, terutama terkait dengan pilihan politik mereka.
  6. Berpegang pada Prinsip-Prinsip Islam : Selalu ingatkan diri untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam berinteraksi dengan sesama.

Oleh karena itu, menyongsong bulan Ramadan yang suci ini, marilah kita bersama-sama berupaya untuk memperbaiki diri, menjaga hubungan baik dengan sesama, dan menghindari konflik yang tidak bermanfaat. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

-Susilo Indarto DSP-