Tag Archive for: Sempurna

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Muslim adalah orang yang kaum Muslimin lainnya selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya. Dan Muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Penjabaran dan Makna Hadis:

  1. Makna “Muslim” sejati:

“Muslim ialah orang yang semua orang Islam selamat dari kejahatan lidah dan tangannya.”

  • Lidah: Yang dimaksud di sini mencakup segala bentuk ucapan buruk — seperti memfitnah, menggunjing (ghibah), mencaci maki, menghasut, berdusta, atau berkata kasar.
  • Tangan: Melambangkan perbuatan atau tindakan fisik — seperti menyakiti, mencuri, memukul, merusak, atau menzalimi orang lain.

➡️ Intinya: Keislaman seseorang tidak hanya dilihat dari syahadat atau ibadah ritual semata, tapi juga tercermin dari akhlaknya dalam menjaga hubungan dengan sesama. Seorang Muslim sejati harus menjadi pribadi yang aman dan tidak membahayakan orang lain, baik melalui ucapan maupun perbuatan.

  1. Makna “Muhajir” sejati:

“Muhajir ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.”

  • Kata “Muhajir” secara bahasa berarti orang yang berhijrah. Awalnya merujuk pada mereka yang berpindah dari Makkah ke Madinah demi mempertahankan agama.
  • Namun dalam konteks ini, Nabi ﷺ memperluas maknanya: hijrah bukan hanya pindah tempat, tapi meninggalkan segala bentuk maksiat dan larangan Allah, yaitu berhijrah dari dosa menuju ketaatan.

➡️ Maknanya dalam kehidupan: Siapa pun bisa menjadi “Muhajir”, asalkan ia berusaha meninggalkan kebiasaan buruk, menjauh dari dosa, dan memilih jalan ketaatan kepada Allah.

Hikmah Hadis:

  1. Menekankan pentingnya akhlak sosial — Islam bukan hanya ibadah pribadi, tapi juga bagaimana kita memperlakukan orang lain.
  2. Menghindari mudharat bagi sesama adalah bentuk ibadah.
  3. Menunjukkan bahwa hijrah bersifat batiniah dan spiritual, bukan hanya fisik — yaitu perjuangan meninggalkan kemaksiatan.
  4. Memberi standar keislaman yang tinggi namun realistis, karena semua orang bisa berusaha menjaga lidah, tangan, dan meninggalkan dosa.

Relevansi Hadis di Zaman Sekarang:

Di era digital, menjaga lidah juga berarti menjaga jari-jari di media sosial — tidak menyebar hoaks, tidak menghina, dan tidak memprovokasi.
Hijrah modern: Banyak orang kini berupaya “berhijrah” secara spiritual — hadis ini memberikan petunjuk bahwa esensi hijrah adalah perubahan akhlak dan taat kepada Allah, bukan sekadar tampilan luar.

 

-Yudi Yanto DSP-