Tag Archive for: Akhlak

Dalam kehidupan dunia yang fana ini, manusia sering kali terjebak dalam hiruk pikuk pekerjaan, ambisi, persaingan, dan tuntutan pencapaian. Namun, kisah-kisah dari para sahabat Rasulullah ﷺ memberikan pencerahan bahwa kunci meraih surga bukan semata karena ibadah lahiriah yang banyak dan wah, melainkan kebeningan hati serta akhlak yang mulia.

Kisah Seorang Calon Penghuni Surga

Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah ﷺ bersabda di hadapan para sahabat:

 يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Akan datang kepada kalian sekarang seorang penghuni surga.”

Kemudian datanglah seorang laki-laki Anshar yang janggutnya masih basah karena wudhu dan sandalnya dijinjing dengan tangan kirinya. Hal ini terjadi selama tiga hari berturut-turut. Abdullah bin Amr bin al-‘Ash penasaran dan ingin mengetahui amalan apa yang membuat laki-laki itu mendapat jaminan surga dari Rasulullah ﷺ. Ia pun meminta izin untuk menginap di rumahnya selama tiga hari.

Selama tinggal bersama, Abdullah bin Amr tidak melihat ada amalan istimewa yang dilakukan laki-laki Anshar itu. Ia tidak banyak berpuasa atau melakukan shalat malam secara berlebihan. Akhirnya, Abdullah bin Amr bertanya secara jujur, apa amalan yang dilakukannya hingga Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai penghuni surga.

Laki-laki itu menjawab:

مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ

“Tidak ada selain yang anda lihat. Kecuali mungkin aku tidak merasakan dalam diriku kotor hati kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasud kepada seorang pun yang Allah berikan kebaikan kepadanya.” [1]

Mendengar itu, Abdullah bin Amr berkata, 

 هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ

“Inilah yang menjadikanmu mencapai derajat itu, dan inilah yang tidak mampu kami lakukan.”

 

Hati yang Bersih adalah Kunci

Kisah ini menunjukkan bahwa hati yang bersih dari iri, dengki, dan dendam adalah salah satu amalan besar yang mengantarkan seseorang ke surga. Ini selaras dengan sabda Rasulullah ﷺ:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat dzarrah dari kesombongan.” (HR. Muslim no. 91) [2]

Kesombongan, iri, dengki, dan dendam adalah penyakit hati yang dapat menghancurkan amal dan memutus tali persaudaraan.

Allah ﷻ pun memuji orang-orang yang mensucikan jiwanya:

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya.” (QS. Al-A’laa:14) [3]

Penyucian diri di sini mencakup pembersihan hati dari segala penyakit batin.

Relevansi dalam Dunia Pekerjaan

Di lingkungan kerja, kita tak luput dari ujian hati: iri terhadap rekan yang selalu dilibatkan dalam proyek, dengki pada kolega yang lebih dekat dengan pimpinan, atau menyimpan dendam karena pernah dimarahi atau murni tidak suka dengan orang tersebut. Semua itu adalah penyakit yang sering dianggap biasa namun berdampak besar secara spiritual.

Bayangkan jika kita mampu bekerja dengan penuh keikhlasan, mendukung rekan yang sukses, tidak memendam prasangka buruk, dan mendoakan kebaikan bagi semua. Betapa tenteramnya lingkungan kerja dan betapa besarnya pahala yang kita raih di sisi Allah.

Sebagaimana kisah sahabat Rasulullah tadi, amalan lahiriah bisa saja tampak sederhana, namun kebersihan hati adalah istimewa.

Akhlak Baik: Bekal ke Surga

Dalam sebuah hadits disebutkan:

إنَّ المُؤْمِنَ ليُدرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ

“Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhiib no. 2643.)[4]

Berikut beberapa poin penting yang bisa kita ambil dari kisah Abdullah bin Amr dan lelaki Anshar tersebut:

  1. Jaga kebersihan hati di tempat kerja
    Hindari menyimpan iri hati, dendam, atau benci pada rekan kerja. Saling support jauh lebih menyenangkan dan membawa keberkahan.
  2. Luruskan niat bekerja
    Niatkan bekerja sebagai bagian dari ibadah kepada Allah. Dengan begitu, pekerjaan bukan hanya sekadar rutinitas, tapi bisa jadi jalan menuju surga.
  3. Memaafkan lebih cepat
    Jangan biarkan kesalahan kecil menjadi batu sandungan. Orang yang mudah memaafkan, hatinya lapang, pikirannya tenang, dan auranya positif ke semua orang.
  4. Jangan membicarakan keburukan rekan kerja
    Ghibah dan su’udzan bisa jadi dosa besar. Lebih baik fokus memperbaiki diri dan membantu rekan kerja yang sedang kesulitan.
  5. Bersyukur dan tidak iri atas pencapaian orang lain
    Ketika teman mendapatkan yang lebih dari kita, seharusnya kita ikut senang dan mendoakan dengan baik. Allah akan memberi gantinya untuk kita kelak.
  6. Jadikan akhlak sebagai pencitraan terbaik
    Di dunia kerja, kejujuran, kesabaran, dan integritas lebih kuat daripada CV panjang. Akhlak mulia membuka banyak pintu, bahkan yang tak disangka-sangka.
  7. Menjauhkan diri dari sifat sombong
    Sombong merupakan sikap yang merugikan diri sendiri dan merusak hubungan dengan orang lain. Dalam lingkungan kerja, kesombongan dapat menghambat kolaborasi, menutup pintu kesempatan, serta mengurangi keberkahan dalam pekerjaan. Bersikap rendah hati, meskipun telah meraih banyak pencapaian. Jangan merasa diri paling hebat atau paling berjasa di tempat kerja. dan selalu ingat bahwa setiap keberhasilan adalah anugerah dari Allah SWT.

Dengan menjaga akhlak dalam kehidupan sosial, termasuk di tempat kerja, InshaAllah kita sedang membuka jalan menuju surga.

Penutup

Marilah kita berusaha membenahi hati: memaafkan yang menyakiti, menghapus iri dalam diri, dan mendoakan kebaikan bagi sesama. Surga bukan hanya untuk yang banyak ibadah, tapi juga bagi mereka yang mampu menjaga hatinya tetap bersih.

Wallahu a’lam.

Marāji’:

[1] Abu Amina Elias. A man is guaranteed Paradise for having no hatred or envy in his heart. 23 November 2011. Diakses dari: https://www.abuaminaelias.com/dailyhadithonline/2011/11/23/man-jannah-no-hasad

[2] Muslim bin al-Hajjaj. Shahih Muslim, no. 91a, Kitab al-Iman. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud. Diakses dari: https://nashislam.com/hadits/artikel/97/hakekat-kesombongan/

[3] Al-Qur’an Surat Al-A’laa:14. Tafsir Ibnu Katsir. Diakses dari: https://tafsirweb.com/12560-surat-al-ala-ayat-14.html

[4] Muslim.or.id. (2019, 10 Oktober). Keutamaan berhias dengan akhlak mulia. Diakses dari: https://muslim.or.id/40677-keutamaan-berhias-dengan-akhlak-mulia.html

[5] Redaksi Suara Muhammadiyah. (2024). Keutamaan dan Kedudukan Akhlaq. Diakses pada 30 Juli 2025 dari: https://www.suaramuhammadiyah.id/read/keutamaan-dan-kedudukan-akhlaq

-Susilo Indarto, S.Pi. DSP-

 

12 Rabiul Awal Tahun Gajah bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu pada hari Senin, 20 April 571 Masehi. Tahun Gajah adalah tahun ketika pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah bin Shabah, Gubernur Jenderal Najasyi Habasyah di Yaman, menyerang. Namun, Allah SWT menghancurkan pasukan tersebut sebagai bentuk penghormatan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, sejak dalam kandungan beliau sudah ditinggalkan ayahnya, belum genap usia enam tahun sudah ditinggalkan ibunya.

Rasulullah Muhammad SAW merupakan nabi terakhir dan penutup dari seluruh nabi serta rasul yang diutus oleh Allah untuk umat manusia. Beliau adalah teladan sempurna dalam segala aspek kehidupan, dan segala perbuatan, ucapan, serta perilakunya mengandung hikmah yang luar biasa. Kepribadian beliau yang mulia tidak hanya menjadi teladan bagi umat Islam, tetapi juga relevan bagi seluruh umat manusia sepanjang zaman. Sebagai uswatun hasanah (contoh yang baik), beliau menunjukkan sikap-sikap mulia yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi, seperti dalam hubungan sosial, ekonomi, kepemimpinan, dan juga hubungan pribadi dengan Allah.

Usia 40 tahun, Rasulullah Muhammad SAW diangkat menjadi rasul, dan seperti rasul-rasul lainnya, beliau memiliki sifat-sifat wajib yang pasti dimiliki oleh setiap nabi dan rasul. Sifat-sifat ini merupakan karakteristik yang tak terpisahkan dari diri seorang rasul yang membedakannya dari manusia biasa. Sifat-sifat wajib bagi para rasul adalah:

  1. Siddiq, artinya benar.
  2. Amanah, yang artinya dapat dipercaya.
  3. Tabliq, memiliki makna yakni menyampaikan wahyu.
  4. Fathonah, yang artinya yaitu cerdas, pandai dan bijaksana.

Selain sifat wajib tersebut, Rasulullah Muhammad SAW juga memilikli Akhlaq mulia yang bisa kita jadikan pedoman dan suri tauladan agar kita senantiasa berakhlaq baik sesuai dengan ajaran-Nya. Hal ini didasarkan dalam hadist yang berbunyi: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kesalehan akhlak.” (HR. Bukhari dan Abu Hurairah r.a.).

Dalam kitab Shifat Al-shafwah menjelaskan contoh keteladanan akhlak rasulullah dalam 5 aspek kehidupan. 

  • Pertama Rasul tidak pernah sombong. 
  • Kedua Rasul tidak pernah berlaku kasar, tidak pernah berteriak ataupun melakukan hal hal buruk, beliau adalah orang yang lemah lembut hatinya.
  • Ketiga Rasul mempunyai sifat toleran. 
  • Keempat Rasul mempunyai sifat dermawan. 
  • Dan yang terakhir Rasul mempunyai sifat cinta sesama. 

Kemuliaan akhlak rasul tersebut tergambar melalui kisah ketika beliau berhadapan dengan seorang pengemis buta. Dikisahkan saat nabi Muhammad tengah menyebarkan ajaran agama Islam, terdapat seorang pengemis buta yang selalu menghina dan membenci Rasulullah, bahkan ia tidak segan-segan untuk menghasut orang lain agar membenci rasul. Jika ada seseorang yang mendekatinya, pengemis buta tersebut akan berkata “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya!”.

Hal itu terus menerus dikatakan oleh si pengemis buta kepada seseorang yang setiap hari memberikannya makanan bahkan menyuapinya. Kemudian pada suatu hari, ia merasa sangat kelaparan karena seseorang yang biasa memberikannya makanan dan mendengar ujaran kebenciannya kepada nabi Muhammad tidak kunjung menemuinya. 

Pada hari berikutnya, ada seseorang yang kembali mendatangi pengemis buta tersebut dan menyuapinya. Namun si pengemis tersebut sadar bahwa orang yang menyuapinya kali ini sangat berbeda dengan seseorang yang sering menyuapinya selama ini. Lalu ia pun berkata “Siapakah kamu? Kamu bukanlah orang yang biasa mendatangiku”. 

Orang itupun menjawab Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang sahabatnya. Namaku Abu Bakar. Orang mulia yang biasa memberimu makan itu telah meninggal dunia. Dia adalah nabi Muhammad SAW”.

Jawaban tersebut sontak membuat si pengemis buta tersebut kaget dan merasa sangat menyesal telah memperolok nabi Muhammad, seseorang yang jelas-jelas selalu ia caci maki namun tetap memberikannya perhatian selama ini. Kemudian iapun tersadar bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang memiliki akhlak sangat mulia. Beliau adalah pribadi yahg selalu bersabar dan ikhlas dalam menebar kebaikan bagi banyak orang.

Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran surat AZ-Zumar Ayat 10:

قُلۡ يٰعِبَادِ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوۡا رَبَّكُمۡ​ ؕ لِلَّذِيۡنَ اَحۡسَنُوۡا فِىۡ هٰذِهِ الدُّنۡيَا حَسَنَةٌ ​ ؕ وَاَرۡضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ​ ؕ اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوۡنَ اَجۡرَهُمۡ بِغَيۡرِ حِسَابٍ‏

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.

Berdasarkan kisah tersebut, semoga kita senantiasa bisa mencontoh dan mengambil hikmah dari akhlak mulia Rasulallah Muhammad SAW saat menebarkan kebaikan. Meski kadang menerima perlakuan yang zolim, namun kita harus tetap ikhlas dan bersabar dalam menegakan kebaikan tersebut.

Marilah sama-sama berdo’a agar kita bisa meneladani akhlaq Rasulallah Muhammad SAW dan mencintai beliau diatas segalanya. Semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan termasuk golongan orang yang dirindukan masuk surga bersama Rasulullah Muhammad SAW.

Sumber: “Kumpulan pidato Bahasa Indonesia PORSADIN Tahun 2022”

               “Sirah Nabawiayah Syaikh Shafiyyurrahman AL-Mubarakfuri”

               “Shifat Al-shafwah Ibnu Al-Jauzi, Jamaluddin Abi al-Faraj”